21 November 2019, Murni, Mahasiswa Semester VII SPI

 

Mahasiswa Prodi Sejarah dan Peradaban Islam IAIS Sambas hadiri Talkshow Dialog Wawasan Keabangsaan

Diselenggarakan oleh radio Swara Sambas, bekerja sama dengan Radio Arinanda Two dan Jwtv online Sambas

Tema

“Dengan Semangat Hari Pahlawan 2019 Mari Perkokoh Persatuan untuk Membangun Negeri

 

Dialog Wawasan Kebangsaan (Wasbang) yang diselenggarakan oleh Radio Swara Sambas fokus kepada Para Pahlwan terutama para  Pejuang yang berasal dari Sambas. Dialog dibuka dengan sebuah pertanyaan oleh pembawa acara radio terkait dengan tema tersebut. Pertanyaan tersebut di lontarkan kepada anak seorang veteran Sambas yaitu yang kerap di panggil Pak Usu H. Rustam, ia adalah anak kepada Pejuang Sambas yang bernama H. Siradj Sood.

Dia merasa sangat kecewa terhadap perhatian orang kepada sejarah terutama dalam melihat Perjuangan para Pahlawan Sambas. Padahal menurut dia bukan hanya peristiwa 27 Oktober 1945 saja yang perlu dinilai dan perlu di kaji. Tetapi menurutnya pengorbanan mereka yang terpenting bahwa para pejuang Sambas yang sangat cinta kepada NKRI. Bukan hanya peristiwa sebelum kemerdekaan yang perlu dijadikan tetapi juga peristiwa setelah kemerdekaan. Perjuangan-Perjuangan sebelum kemerdekaan yang dilakukan oleh para Pahlawan di tingkat Nasional  mulai dari Pangeran Dipenogoro hingga Bung Tomo sangat wajar masuk dalam kategori Sejarah Perjuangan Nasional/Bangsa Indonesia.

Harapan yang diberikan oleh H. Rustam yang juga Mantan Anggota DPRD Sambas Periode 1999-2014 tersebut agar masyarakat Sambas mengambil peranan dalam memperkenalkan dan mengambil manfaat dalam peristiwa perebutan kemerdekaan yang terjadi di Sambas. Sehingga kita dapat mengetahui bahwa kita masyarakat Sambas yang hidup di daerah ini telah menjadi pionir dalam mengokohkan jati diri sebagai Bangsa Indonesia. Akan tetapi dia menyesalkan bahwa, menurutnya hingga saat ini tak jarang kita temukan orang Sambas tidak pernah mau mengeksplorasi sejarah tersebut???

 

Dari situlah kita belajar, terutama generasi muda banyak yang tidak mengetahui siapa saja orang-orang yang terlibat dalam upaya perebutan kemerdekaan. Mereka telah melakukan upaya yang sama seperti para Pahlawan lain yang berada di seantero negeri ini. Mereka yaitu H. Sirad Sood, Pak uteh Hifni Imran, Ali Barudin, H. Madri, Pak long H. Alwi Bakran, Abdul haji, mereka semua terlibat dalam gerakan perlawanan pada 27  Oktober 1945, kemudian terlibat dalam gerakan penyerangan tangsi militer NICA di Kampung Lorong pada tahun 1949.

Dia ingin bahwa kita harus mengenal sejarah kita sendiri yaitu dari orang Sambas yang tak luput dari kecintaannya terhadap NKRI, yang dimotori oleh saudara-saudaranya yang ada di Surabaya, terbitlah pemberontakan yang fatal, salah satu korbannya ialah Jendral Mallaby sehingga dikenal dengan peristiwa 10 November atau hari Pahlawan.

Namun juga menurutnya tidak menutup kemungkinan sejarah daripada orang Sambas yang seharusnya juga dinilai biarpun kuantitas dan kualitasnya kecil tapi kuantitas tersebutlah yang dijadikan kepioniran bahwa memang orang Sambas dalam merebut kemerdekaan yang udah merdeka tidak ingin di jajah kembali dan hal tersebut telah dilakukan oleh rakyat Sambas. Hal itulah yang perlu dipahami oleh masyarakat Sambas, terutama generasi sekarang. Kebanyakan generasi sekarang tidak pernah mengerti dengan peristiwa yang dikenal dengan peristiwa ‘Sambas Berdarah’.  Perlu di tes menurutnya. Kemudian dia sangat berterima kasih terhadap perguruan tinggi IAIS Sambas terutama Program Studi Sejarah yang rutin mngyelenggarkan kegiatan 27 Oktober atau Peristiwa Sambas Berdarah .

Sementara itu, Murni salah satu Mahasiswa SPI IAIS Sambas, menjelaskan tentang sikap kepahlawanan terutama di Sambas, menurutnya apa yang telah dilakukan oleh orang-orang Sambas pada masa lalu sangat menarik untuk di bahas dan di kaji lebih dalam lagi. Terutama kami di Prodi Sejarah karena memang salah satu pedoman kami ialah Jas Merah jangan sekali-kali melupakan sejarah. Terkait dengan peristiwa Sambas Berdarah Murni bersama kawan-kawan Mahasiswa terutama di Prodi SPI telah memfokuskan kegiatan yang telah rutin dilaksankan. Kegiatan rutin tersebut berupa berziarah ke makam pahlawan Sambas yang berada di Sungai Pinang, kemdian Seminar, yang dalam seminar tersebut diselingi dengan Drama Peristwa Sambas Berdarah yang seakan-akan benar-benar menggambarkan kejadian tersebut, kemudian dalam seminar tersebut di undangnya siswa SMA/SMK dan mahasiswa itu merupakan salah satu bentuk penghormatan dan upaya kami memperkenalkan sejarah atau pejuang-pejuang sambas kepada generasi sekarang. Karena memang menurutnya generasi sekarang yang tidak peduli dan acuh terhadap sejarah.

Pembawa acara Radio tersebut atau yang di panggil bang Hendri sangat salut terhadap mahasiswa-mahasiswi IAIS Sambas terutama Prodi Sejarah dan Peradaban Islam yang rutin memperingati peristiwa Sambas Berdarah tersebut.

Terkait dengan kegiatan tersebut ide-ide atau gagasan itu dari mana? Tanya Hendri.

Kegiatan tersebut memang ide dari Dosen-dosen sejarah tetapi tak terlepas dari peran mahasiswa mahasiswi prodi Sejarah. Tetunya dalam kegiatan tersebut adanya kerja sama terhadap mahasiswa dan dosen Sejarah. Jawab Murni.

Dalam kegiatan tersebut adakah unsur seni atau kegiatan bakti sosial? Tanya Hendri lagi. Kalau unsur seni itu pada drama bukan hanya tampil di aula kampus saja tetapi kami pernah tampil di halaman kantor bupati yang pesertanya-penontonya lebih ramai,  tapi kalau kegiatan sosial kami dulu pernah memberikan bunga kepada masyarakat Sambas disekitaran lampu merah dan juga di pasar Sambas, dalam bunga tersebut kami beri tulisan “Selamat Hari Kebangkitan Sambas/Sambas Berdarah” itu juga merupakan upaya kami dalam memperkenalkan sejarah Sambas kepada masyarakat Sambas. jawab Murni.

 

“Kegiatan mereka ini pak  Haji Rustam, menurut  Hendri bisa kita apresiasi kan Pak karena setiap tahun ya Pak. Benar kata Pak H.Rustam. sungguh memang pemahaman yang diminta oleh pewaris veteran allahmdulillah rutin kecuali sekarang yaitu tahun 2019 tidak di adakan. Sambung pak H.Rustam

Terkait dengan hal tersebut menerut Murni memang tahun 2019 tidak ada kegiatan mengenang peristiwa Sambas Berdarah, tetapi menurutnya sebelumnya kami sudah berupaya untuk memutar vidio ke radio-radio Sambas namun, karena ada kegiatan lain yang tidak bisa ditinggalkan jadi dengan berat hati tahun ini tidak ada kegiatan mengenang Peristiwa Sambas Berdarah.

Pengenalan tersebut tentunya tidak hanya pada bentuk peringatan yang setiap tahun dilaksanakan namun yang paling penting adalah bagaimana memperkenalkan nya kepada generasi sekarang yang tidak pernah mengenal peristiwa tersebut terutama dari jenjang pendidikan SD, SMP, SMA yang jauh dari pengenalan kesejarahan itu lah yang terjadi, sambung Pak. H.Rustam

H.Rustam ingin adanya bentuk pengenalan berupa buku terkait peristiwa Sambas Berdarah. Agar generasi sekarang bisa mengenal dan tau peristiwa tersebut karena jika tidak tentunya hal tersebut akan terlupakan.

Karena memang Peristiwa Sambas Berdarah sampai sekarang belum masuk dalam muatan sejarah lokal apalagi Nasional. Seolah-olah perjuangan orang Sambas hanya kecil, hanya segelintir,  justru semangatnya lah yang menjadi pionir adanya peristiwa 10 November. Karena memang kalau dibandingkan dengan peristiwa yang ada di Surabaya yang sangat banyak jumlahnya yang memberontak atau melawan penjajah.

Kalau kami dari Prodi Sejarah ingin menggali dan akan dijadikan sebuah penelitian Skripsi mengenai tokoh-tokoh pejuang Sambas. Tentunya sebagai peneliti kami membutuhkan bukti, sumber-sumber atau fakta-fakta sejarah. Terkait buku yang di bahas oleh pak Usu, kami sudah mencetak buku tersebut yang mencertiakan tentang Pejuang Sambas/ Peristiwa Sambas berdarah yang disusun oleh mahasiswa Prodi sejarah diantanya Tendi atau sekarang sudah menjadi alumni dan juga dosen kami yaitu Dr. Sunandar, M.Hum. bukan hanya mahasiswa kami juga meneliti tentang Peristiwa Tangsi Militer di Sambas yang baru saja di jadikan judul skripsi. Itu merupakan upaya kami memperkenalkan serta mengangkat sjarah di Sambas. jawab Murni.

Itu juga perlu di apresiasi  kata bang Hendri selaku pembawa acara sekaligus moderator dalam talkshow tersebut.

Pak Usu berharap khususnya Prodi Sejarah harus berpartisipasi aktif dalam memperkenalkan nilai-nilai perjuangan Sambas jangan sampai terhapus. Menurutnya diadaknnya kerjasama antara pengurus veteran sekarang, kerja sama dengan dinas Pendidikan terkait nilai-nilai perjuangan Sambas yang nantinya akan disalurkan ke jenjang SD, SMP dan SMA sederajat.

Terkait kerja sama dengan dinas pendidikan, kami dalam waktu dekat ini akan berusaha membuat buku yang berjudul 99 tokoh yang berpengaruh di Sambas tentuya dalam tokoh tersebut nantinya akan muncul tokoh-tokoh pejuang Sambas. dalam percetakan tersebutlah kami akan bekerja sama dengan dinas Pendidikan. Ungkap Murni dalam Closing Statement. (Murni, SPI VII)

By

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *